Sinema digital mengacu pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan atau gambar gerak proyek yang bertentangan dengan penggunaan sejarah gulungan film film, seperti film 35 mm. Sedangkan gulungan film tradisional harus dikirim ke bioskop, film digital dapat didistribusikan ke bioskop di sejumlah cara: melalui Internet atau link satelit khusus atau dengan mengirimkan hard drive atau optik seperti cakram Blu-ray. film digital diproyeksikan menggunakan proyektor digital bukan proyektor film konvensional. sinema digital berbeda dari televisi definisi tinggi dan tidak tergantung pada menggunakan televisi atau video high-definition standar, rasio aspek, atau frame rate. Di bioskop digital, resolusi yang diwakili oleh jumlah pixel horisontal, biasanya 2K (2048 × 1080 atau 2,2 megapixel) atau 4K (4096 × 2160 atau 8,8 megapixel). Sebagai teknologi sinema digital membaik pada 2010-an awal, sebagian besar bioskop di seluruh dunia dikonversi ke digital.
Sejarah
pemutaran media digital resolusi tinggi file 2K memiliki setidaknya sejarah 20 tahun. unit awal penyimpanan data video (penggerebekan) makan kustom sistem frame buffer dengan kenangan besar. Dalam unit video digital awal, konten biasanya dibatasi hingga beberapa menit material. Transfer konten antara lokasi terpencil lambat dan memiliki kapasitas terbatas. Tidak sampai akhir 1990-an yang film panjang bisa dikirim melalui "kawat" (Internet atau link fiber dedicated). Pada tanggal 23 Oktober 1998, digital light processing (DLP) teknologi proyektor ditunjukkan publik dengan merilis The Last Broadcast, pertama film panjang, ditembak, diedit dan didistribusikan secara digital. [2] [3] [4] Dalam hubungannya dengan Texas Instruments, film ditunjukkan publik di lima bioskop di seluruh Amerika Serikat (Philadelphia, Portland (Oregon), Minneapolis, Providence, dan Orlando).
Perbedaan Sinema Digital
Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital sudah sangat jernih seperti anda melihat gambar bergerak di televisi, sementara sinema konvensional yang menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara, sinema digital menggunakan sistem suara surround (biasanya Dolby Surround) dan kualitas suara sudah ditingkatkan. Sementara sinema konvensional, sudah menggunakan sistem suara surround, tetapi kualitas suara yang dihasilkan jauh berbeda dengan sinema digital.
Kamera Sinema Digital
Pada tahun 2007, medium pengalihan paling umum bagi fitur yang ditayangkan secara digital adalah pita film 35 mm yang dipindai dan diproses pada resolusi 2K (2048×1080) atau 4K (4096×2160) lewat penengah digital. Kebanyakan fitur digital saat ini sudah bisa merekam pada resolusi 1920x1080 menggunakan kamera seperti Sony CineAlta, Panavision Genesis atau Thomson Viper. Kamera-kamera baru seperti Arriflex D-20 dapat menangkap gambar dengan resolusi 2K, dan kamera bernama Red One keluaran perusahaan Red Digital Cinema Camera Company dapat merekam dengan resolusi 4K. Penggunaan proyeksi 2K pada sinema digital telah mencapai lebih dari 98 persen. Baru-baru ini perusahaan Dalsa Corporations Origin mengembangkan kamera yang dapat merekam dengan resolusi 4K RAW. Selain itu, ada jenis kamera lain yang dapat merekam dengan resolusi 5K RAW seperti RED EPIC. Ada juga kamera yang dapat merekam dengan resolusi 3K RAW (untuk menyesuaikan dengan anggaran pembuat film ) seperti RED SCARLET
No comments:
Post a Comment